Agama asli Nusantara
Artikel ini adalah bagian dari seri |
Agama asli Nusantara |
---|
Sumatra |
Ugamo Malim • Pemena • Arat Sabulungan • Fanömba adu • Melayu |
Jawa |
Sunda Wiwitan (Madraisme & Buhun) • Kapitayan • Kejawen • Hindu Jawa • Saminisme |
Nusa Tenggara |
Hindu Bali • Halaika • Wetu Telu • Marapu • Jingi Tiu • Koda Kirin • Makamba Makimbi |
Kalimantan |
Kaharingan • Momolianisme • Bungan |
Sulawesi |
Aluk Todolo • Tolotang • Tonaas Walian • Adat Musi • Masade • Hindu Sulawesi |
Maluku dan Papua |
Naurus • Wor • Asmat |
Organisasi |
Portal «Agama» |
Konsep Ketuhanan |
---|
Enam agama utama |
Agama lainnya |
Lain-lain |
Kepercayaan adat adalah kepercayaan suku (etnis) pribumi sebelum adanya agama-agama masuk ke Nusantara.[catatan 1]
Kerohanian asli pada umumnya juga meliputi sejumlah aliran/organisasi kepercayaan baru yang didirikan di Nusantara.
Keterangan utama
[sunting | sunting sumber]Agama-agama asli Nusantara adalah agama/kepercayaan leluhur suku bangsa Austronesia serta bangsa Papua yang telah ada di Nusantara sebelum masuk agama-agama asing dari subbenua India (Hindu dan Buddha), Arab (Islam), Portugis (Kristen Katolik), Belanda (Kristen Protestan), dan Tiongkok (Konghucu).[1]
Sebelum Nusantara didiami bangsa berkulit cokelat (Austronesia), bangsa proto Melanesia (berkulit hitam) menganut kepercayaan monoteistik yang sekarang dikenal dengan nama kapitayan. Seiring dengan datangnya orang-orang Austronesia, kepercayaan itu turut dianut oleh mereka.[2]
Kepercayaan masyarakat purba telah mempunyai mitologi kaya serta wiracarita, memuliakan dewa-dewi, roh leluhur dan roh kekuatan alam yang menghuni air, gunung, hutan. Hakikat tak terlihat yang memiliki kekuatan supernatural ini disebut oleh orang Jawa, Sunda, Melayu, Bali sebagai Hyang dan oleh suku-suku Dayak sebagai Sangiang.
Beberapa dari agama asli masih hidup baik yang murni maupun telah gabungan (sinkretis) dengan agama asing, umpamanya agama Hindu Bali, Kejawen serta Masade (Islam Tua). Akan tetapi kepercayaan asli yang telah hilang bisa hidup sebagai agama rakyat di antara umat Islam atau Kristen di dalam praktik adat di luar agama resmi, misalnya syamanisme Melayu dan kepercayaan kaum Abangan Jawa.[3]
Keagamaan asli juga meliputi sejumlah aliran/organisasi kepercayaan baru (gerakan spiritual) yang didirikan di Nusantara pada abad ke-19–21-an dan terkait dengan agama-agama asli, yakni Saminisme, Subud, Sumarah, dll.[4] Namun, gagasan universal aliran kepercayaan di Indonesia sebagai sumber dari Tuhan YME dan hubungan pribadi dengan Dia[5] tidak menyiratkan mengikuti wajib kepada adat agamawi etnis.
Hingga kini, tak satu pun agama-agama asli Nusantara yang diakui di Indonesia selaku agama, hanya sebagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sekaligus sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tertanggal 7 November 2017 dengan No. 97/PUU-XIV/2016, para penghayat kepercayaan dapat mencantumkan nama “penghayat kepercayaan” dalam dokumen kependudukan mereka dan memiliki hak yang sama-sama seperti para penganut enam agama.[6]
Untuk melegalkan status mereka, beberapa agama asli (Aluk Todolo, Kaharingan, Pemena, dan Tolotang) pada tahun 1970-an dan 80-an berada di bawah naungan agama resmi Hindu sebagai aliran-alirannya (lihat tentang agama Hindu di Sulawesi).
Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) adalah wadah tunggal sebagai payung bagi kumpulan-kumpulan kepercayaan.[7]
Daftar agama
[sunting | sunting sumber]Berikut ialah daftar agama kuno asli Nusantara yang masih hidup:[catatan 2]
- Adat Musi (suku Talaud, Sulawesi Utara)[8]
- Adat Papua (suku Asmat dll, Papua)[9]
- Aluk Todolo (suku Toraja, Sulawesi Selatan)[10][11]
- Arat Sabulungan (suku Mentawai, teristimewa subsuku Sakuddei, Sumatera Barat)[12]
- Bungan (suku Dayak Kenyah dan Dayak Kayan)
- Buhun (Suku Sunda)[13][14][15][16]
- Fanömba adu (suku Nias, Sumatera Utara)[17]
- Halaika (suku Boti)[18]
- Hindu Bali (suku Bali)[19]
- Hindu Jawa/Buda Tengger (suku Jawa, teristimewa suku Tengger)[20]
- Jingi Tiu (suku Sabu, Nusa Tenggara Timur)[21]
- Kaharingan (suku Dayak, teristimewa Kalimantan Tengah)[22]
- Kejawen (suku Jawa)[23][24]
- Koda Kirin (suku Lamaholot, Nusa Tenggara Timur)[25]
- Lamoa (suku Pamona, Sulawesi Tengah)
- Marapu (suku Sumba, Nusa Tenggara Timur)[26]
- Masade (suku Sangir, Sulawesi Utara)[27]
- Momolianisme (suku Dayak Kadazandusun, Sabah, Malaysia Timur)[28]
- Naurus (suku Manusela, Maluku)[29]
- Pemena (suku Batak Karo, Sumatera Utara)[30]
- Sunda Wiwitan (suku Sunda, teristimewa urang Kanekes)[31]
- Tolotang (suku Bugis, Sulawesi Selatan)[32]
- Tonaas Walian (suku Minahasa, Sulawesi Utara)[33]
- Ugamo Malim (suku Batak, terutama suku Batak Toba, Sumatera Utara)
- Wetu Telu (suku Sasak, Nusa Tenggara Barat)[34]
- Wor (suku Biak, Papua)[35]
Kaharingan
[sunting | sunting sumber]Agama asli Dayak di Kalimantan, teristimewa di Kalimantan Tengah, terhadap Tuhan Ranying Hatalla Langit. Kitab sucinya ialah Panaturan.[22]
Pada tahun 1980 umat agama ini berintegrasi dengan agama Hindu sebagai bagiannya (Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan, MBAHK). Akan tetapi, sebagian kecil mereka menentang integrasi dan berpaham Kaharingan sebagai agama mandiri, yaitu Majelis Agama Kaharingan Indonesia (MAKI) di Kalimantan Tengah [36][37] serta Majelis Umat Kepercayaan Kaharingan Indonesia (MUKK Indonesia) di Kalimantan Selatan.[38]
Kejawen
[sunting | sunting sumber]Disebut juga Kebatinan, merupakan agama Jawa yang merupakan sinkretisme dari kepercayaan asli, agama Hindu Jawa, ajaran Siwa-Buddha, dan Sufisme.[23][24]
Ugamo Malim dan Pemena
[sunting | sunting sumber]Sunda Wiwitan
[sunting | sunting sumber]Agama adat suku bangsa Sunda, teristimewa subsuku urang Kanekes di Lebak, Banten, serta masyarakat Sunda Wiwitan Madrais (Djawa Sunda) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.[31]
Agama asli di Sulawesi
[sunting | sunting sumber]Hindu Bali dan Jawa
[sunting | sunting sumber]Agama Hindu Bali (agama Tirtha) serta agama Hindu Jawa, secara resmi sebagai agama Hindu Dharma berasal dari India, namun mengandung banyak kepercayaan dan upacara leluhur pribumi.[39]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Bissu, kaum pendeta Bugis Tolotang
-
Sajian Tengger
-
Sembahyang Bali
-
Pendeta perempuan Minahasa
-
Pendeta Toraja
-
Dukun Dayak
-
Tengkorak nenek moyang Papua Asmat
-
Rumah tengkorak (geriten) Batak Karo
-
Batu nisan Marapu, Sumba
-
Upacara kematian Toraja
-
Sembahyang, Sumatera Utara
-
Kaum Bobolian
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Gagasan "Nusantara" melingkupi wilayah Indonesia, Timor Leste, Brunei, Singapura, dan Malaysia Timur.
- ^ Daftar agama kuno ini tak mencakupi aliran kepercayaan baru.
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Subagya 1969; Popov 2017, hlm. 96.
- ^ Sunyoto, Agus (2017). Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Walisongo Sebagai Fakta Sejarah. Tangerang Selatan: Pustaka Iman. hlm. 13.
- ^ Rasjidi 1967; Geertz 1982; Romdon 1993; Simuh 1995; Schlehe 1998; Popov 2017, hlm. 96.
- ^ Catatan singkat tentang organisasi penghayat kepercayaan 1997; Ensiklopedi Kepercayaan 2010; Kroef 1961, hlm. 18–25; Stange 2009.
- ^ Subagya 1973, hlm. 76; Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 43.
- ^ Siregar 2018, hlm. 176.
- ^ "Pembukaan Sarasehan Nasional Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa". Direktorat Jendral Kebudayaan. 13-10-2014. Diakses tanggal 14-03-2020.
- ^ Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 72–74.
- ^ Popov 2017, hlm. 96.
- ^ Nooy-Palm 1979; Nooy-Palm 1986; Nooy-Palm 1987, hlm. 565–67; Volkman 1985; Segara 2023.
- ^ Rante, Yultin. "Aluk Todolo, Agama Lokal Toraja yang Hampir Punah". Tribunnews.com. Diakses tanggal 08-04-2019.
- ^ Schefold 1980; Schefold 1988, hlm. 5–22.
- ^ "Agama Buhun". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2022-04-19.
- ^ "Kepercayaan Jati Buhun". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2022-04-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-04. Diakses tanggal 2022-04-25.
- ^ "Agama Sunda Buhun - Agama Jati Sunda". Diakses tanggal 2022-04-25.
- ^ "AGAMA ASLI NUSANTARA ~ Ensiklopedia Dunia". p2k.itbu.ac.id. Diakses tanggal 2022-04-25.
- ^ "FANÖMBA ADU: AGAMA KUNO SUKU NIAS, SUMATRA UTARA". Nusantara Institute. 2019-04-20. Diakses tanggal 2024-01-13.
- ^ "Halaika » Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2024-01-13.
- ^ Belo 1960; Geertz 1973; Gonda 1975, hlm. 1–54; Lansing 1987, hlm. 45–49.
- ^ Hefner 1989; Suparyanto 2019.
- ^ Riberu, Ade. [Jingtiu atau Jingi Tiu sebagai Agama Asli dari Kampung Namata, Kabupaten Sabu Raijua, Pulau Sabu, NTT "Jingtiu atau Jingi Tiu sebagai Agama Asli dari Kampung Namata, Kabupaten Sabu Raijua, Pulau Sabu, NTT"] Periksa nilai
|url=
(bantuan). Diakses tanggal 2024-01-13. - ^ a b Schärer 1963; Metcalf 1987, hlm. 290–92; Rousseau 1998; Weinstock 1983; Winzeler 1993.
- ^ a b Beatty 1999; Epton 1974; Geels 1997; Geertz 1982; Hadiwijono 1967; Ilyas & Imam 1988; Imam 2005; Kartapradja 1985; Koentjaraningrat 1987, hlm. 559–63; Mulder 1980.
- ^ a b Mulder 2005; Popov 2017, hlm. 99–103; Rasjidi 1967; Romdon 1993; Schlehe 1998; Simuh 1995; Stange 2007; Stange 2009.
- ^ "TENTANG". Diakses tanggal 2024-01-13.
- ^ Maria & Limbeng 2007; Popov 2017, hlm. 98–99.
- ^ Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 266–67.
- ^ Evans 1953.
- ^ Popov 2017, hlm. 77–78.
- ^ Rodgers 1987, hlm. 81–83; Tambun 1952.
- ^ a b Ayatrohaedi & Saadah 1995; Indrawardana 2014, hlm. 105–18; Muttaqien 2013; Prawiro 2013, hlm. 111–24; Popov 2017, hlm. 96–98; Saringendyanti, Herlina & Zakaria 2018, hlm. 1–14; Sucipto & Limbeng 2007.
- ^ Matthes 1872; Pelras 1987, hlm. 560–61.
- ^ Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 382–83.
- ^ Vogelgesang 1923, hlm. 417–25.
- ^ Matcap, A. R. (2017-09-19). "Wor Budaya Orang Biak di Papua.Tradisi Wor sebagai upacara adat/pesta adat dan wor sebagai nyanyian adat". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-13.
- ^ Popov 2017, hlm. 76–77.
- ^ "Anggota Ombudsman Lakukan Pertemuan dengan Sekda Kalteng Bahas Permohonan pengurus (MAKI) Agar Kaharingan Menjadi Agama Resmi Di Indonesia". Ombudsman RI. 11-09-2019. Diakses tanggal 09-12-2020.
- ^ "Agama Kaharingan Diakui, MUKK Kotabaru Kumpulkan Kepala Adat". Metro7.co.id. 20-02-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-27. Diakses tanggal 09-12-2020.
- ^ Belo 1960; Geertz 1973; Gonda 1975, hlm. 1–54; Lansing 1987, hlm. 45–49; Hefner 1989; Suparyanto 2019.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- dalam bahasa Indonesia
- Ayatrohaedi; Saadah, Sri (1995). Jatiniskala: Kehidupan Kerohanian Masyarakat Sunda Sebelum Islam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Catatan singkat tentang organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. [Jakarta]: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997Proyek Inventarisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan, Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Endraswana, Suwardi (2011). Kebatinan Jawa dan jagad mistik Kejawen. Yogyakarta: Lembu Jawa. ISBN 9789791650250.
- Ensiklopedi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Cet. ke-4, PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2010 [2003]. ISBN 978-979-16071-1-7.
- Geertz, Clifford (1982) [1960]. Abangan, santri, priyayi: dalam masyarakat Jawa [Religion of Java]. Jakarta: Pustaka Jaya. OCLC 23574765.
- Hafidy, H.M. As'ad El (1977). Aliran-aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
- Hurmain (1991). Aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan mistikisme dalam Islam. Bumi Pustaka.
- Ilyas, Abd. Mutholib (Drs.); Imam, Abd. Ghofur (Drs.) (1988). Aliran kepercayaan & kebatinan di Indonesia. Jakarta: Amin.
- Imam, Suwarno S. (2005). Konsep Tuhan, manusia, mistik dalam berbagai Kebatinan Jawa. Jakarta: RajaGrafindo Persada. ISBN 9789797690106.
- Indrawardana, Ira (2014). "Berketuhanan dalam Perspektif Kepercayaan Sunda Wiwitan". Melintas. 30 (1): 105–18.
- Kartapradja, Kamil (1985). Aliran kebatinan dan kepercayaan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Masagung.
- Maria, Siti (Dra.); Limbeng, Julianus, S.Sn., M.Si. (2007). Marapu di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (PDF). Seri pengungkapan nilai-nilai kepercayaan komunitas adat. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Mulder, Niels (1980) [1978]. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan dan Perubahan Kulturil [Mysticism and Everyday Life in Contemporery Java: cultural persistence and change]. Jakarta: Gramedia.
- Muttaqien, Ahmad (2013). "Spiritualitas Agama Lokal: Studi Ajaran Sunda Wiwitan Aliran Madrais di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat". Al-Adyan. 8 (1).
- Popov, Igor (Dr. Igor Popov, LLM) (2017). "6. Agama-agama asli". Buku rujukan semua aliran dan perkumpulan agama di Indonesia. Singaraja: Toko Buku Indra Jaya. hlm. 96–104.
- Rasjidi, Mohammad (Prof. Dr. H. Mohammad Rasjidi) (1967). Islam dan Kebatinan. Jakarta: Bulan Bintang.
- Romdon (1993). Tashawwuf dan aliran kebatinan: perbandingan antara aspek-aspek mistikisme Islam dengan aspek-aspek mistikisme Jawa. Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam. ISBN 9789795670018.
- Saksono, Ign. Gatut (2007). Paranormal. Peran dan Tanggung Jawab Moralnya. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
- Sastroatmodjo, Suryanto (1952). Masyarakat Samin Blora. Jakarta: Penerbit Central Jawa.
- Simuh (Dr.) (1995). Sufisme Jawa: transformasi tasawuf Islam ke mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
- Siregar, Rospita Adelina (2018). "Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila" (PDF). Dalam Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd, M.Hum; Dr. Demsy Jura, M.Th. Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018. Jakarta: UKI Press. hlm. 173–77. ISBN 978-979-8148-96-5.
- Stange, Paul (Dr.) (2009). Kejawen Modern: Hakikat dalam Penghayatan Sumaroh (PDF). Diterjemahkan oleh Chandra Utama. Yogyakarta: LKiS. ISBN 978-979-978-53-8-1.
- Stange, Paul (Dr.) (2007) [1998]. Politik Perhatian: Rasa dalam Kebudayaan Jawa (PDF) (edisi ke-2). Yogyakarta: LKiS. ISBN 978-979-1283-08-3.
- Subagya, Rakhmat (1969). Agama asli Indonesia: penelahan dan penilaian theologis. Seri Puskat, jld. 95. Medan: Pro Manuscripto.
- Subagya, Rahmat (1973). Kepercayaan: Kebatinan–Kerohanian–Kejiwaan dan agama. Yogyakarta: Kanisius.
- Sucipto, Toto (Drs.); Limbeng, Julianus, S.Sn., M.Si. (2007). Dra. Siti Maria, ed. Studi Tentang Religi Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Provinsi Banten. Seri pengungkapan nilai-nilai kepercayaan komunitas adat. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Sukamto (2018). Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara: Masa Hindu-Buddha Sampai Sebelum Masuknya Portugis. Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-602-475-476-1.
- Tambun, P. (1952). Adat–Istiadat Karo. Jakarta: Balai Pustaka.
- dalam bahasa Inggris
- Beatty, Andrew (1999). Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-62444-4.
- Belo, Jane (1960). Trance in Bali. New York: Columbia University Press.
- Benda, Harry J.; Castles, Lance (1969). "The Samin Movement". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 125 (2): 207–40. ISSN 2213-4379.
- Epton, Nina Consuelo (1974). Magic and Mysticism in Java (edisi ke-revised). London: Octagon Press. ISBN 978-0900860393.
- Evans, I. H. N. (1953). The Religion of the Tempasuk Dusuns of North Borneo. Cambridge: Cambridge University Press.
- Geels, Antoon (1997). Subud and the Javanese mystical tradition. Richmond, Surrey: Curzon Press. ISBN 0-7007-0623-2.
- Geertz, Clifford (1960). Religion of Java. Glencoe, IL: Free Press.
- Geertz, Clifford (1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York: Basic Books. ISBN 9780465097197.
- Gonda, Jan (1975). "The Indian Religions in Pre-Islamic Indonesia and their survival in Bali". Handbook of Oriental Studies. Section 3. Southeast Asia, Religions. Leiden: E. J. Brill. hlm. 1–54.
- Hadiwijono, Harun (1967). Man in the present Javanese Mysticism. Baarn: Bosch & Keuning.
- Hefner, Robert W. (1989). Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam. Princeton, NJ: Princeton University Press. ISBN 0-691-09413-6.
- Koentjaraningrat, R. M. (1987). "Javanese Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 7. New York: MacMillan. hlm. 559–63. ISBN 0029094801.
- Kroef, Justus M. van der (1961). "New Religious Sects in Java". Far Eastern Survey. 30 (2): 18–25. doi:10.2307/3024260.
- Lansing, J. Stephen (1987). "Balinese Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 45–49. ISBN 0029094801.
- Metcalf, Peter (1987). "Bornean Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 290–92. ISBN 0029094801.
- Mulder, Niels (2005) [1998]. Mysticism in Java: Ideology in Indonesia (edisi ke-2). Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-21-1167-0.[pranala nonaktif permanen]
- Nooy-Palm, Hetty (1979). The Sa’dan-Toraja: A study of their social life and religion. I: Organization, symbols and beliefs (PDF). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 90-247-2274-8.
- Nooy-Palm, Hetty (1986). The Sa’dan-Toraja: A study of their social life and religion. II: Rituals of the East and West. Leiden; Boston: BRILL. ISBN 978-90-67-65207-0.
- Nooy-Palm, Hetty (1987). "Toraja Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 14. New York: MacMillan. hlm. 565–67. ISBN 0029094801.
- Pelras, Christian (1987). "Bugis Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 560–61. ISBN 0029094801.
- Prawiro, Abdurrahman Misno Bambang (2013). "Baduy Pluralism: From Myth to Reality". Al-Albab: Borneo Journal of Religious Studies. 2 (1): 111–24.
- Rodgers, Susan (1987). "Batak Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 81–83. ISBN 0029094801.
- Rofe, H. (1959). The Path of Subud. London: Rider.
- Rousseau, Jérôme (1998). Kayan Religion: Ritual Life and Religious Reform in Central Borneo. Leiden: KITLV Press. ISBN 9789067181327.
- Saringendyanti, Etty; Herlina, Nina; Zakaria, Mumuh Muhsin (2018). "Tri Tangtu on Sunda Wiwitan Doctrine in the XIV–XVII Century". Tawarikh: Journal of Historical Studies. Bandung. 10 (1): 1–14. ISSN 2085-0980.
- Schärer, Hans (1963) [1946]. Ngaju Religion: The Conception of God among a South Borneo People. The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-90-04-24799-4.
- Schlehe, Judith (2014). "Translating Traditions and Transcendence: Popularised Religiosity and the Paranormal Practitioners' Position in Indonesia". Dalam Schlehe, Judith; Sandkühler, Evamaria. Religion, Tradition and the Popular. Transcultural Views from Asia and Europe. Bielefeld: transcript. hlm. 185–201. ISBN 978-3-8376-2613-1.
- Schlehe, Judith (2019). "Cosmopolitanism, Pluralism and Self-Orientalisation in the Modern Mystical World of Java". Asian Journal of Social Science. 47 (3): 185–201.
- Segara, I Nyoman Yoga (2023). "The Future of Hindu Alukta in Tana Toraja Post-Integration With the Hindu Religion". Heritage of Nusantara. 12 (2). doi:10.31291/hn.v12i2.710.
- Shiraishi, Takashi (1990). "Dangir's Testimony: Saminism Reconstructed". Indonesia. 50: 95–122.
- Sievers, A. (1974). The Mystical World of Indonesia. Baltimore; London: Johns Hopkins University Press. ASIN B000Q1LA8E.
- Suparyanto, Petrus (2019). Bhīma's Mistical Quest: As a Model of Javanese Spiritual Growth. Wien: Lit. ISBN 978-3-643-90883-4.
- Volkman, Toby Alice (1985). Feasts of Honor: Ritual and Change in the Toraja Highlands. Urbana: University of Illinois Press.
- Weinstock, Joseph (1983). Kaharingan and the Luangan Dayaks: Religion and Identity in Central East Borneo. Thesis (Ph.D.) Cornell University.
- Wessing, Robert; Barendregt, Bart (2005). "Tending the Spirit's Shrine: Kanekes and Pajajaran in West Java". Moussons. 8.
- Winzeler, Robert L., ed. (1993). The Seen and the Unseen: Shamanism, Mediumship and Possession in Borneo. Williamsburg, Va.: Borneo Research Council. ISBN 978-0962956812.
- dalam bahasa lain
- Matthes, Benjamin F. (1872). Over de bissoe’s of heidensche priesters en priesteessen der Boeginezen [Tentang bissu atau pendeta pagan Bugis] (dalam bahasa Belanda). Amsterdam.
- Schefold, Reimar (1980). Spielzeug für die Seelen — Kunst und Kultur der Mentawai-Inseln (Indonesien) [Mainan untuk Jiwa: seni dan budaya Mentawai (Indonesia)] (dalam bahasa Jerman). Zürich: Museum Rietberg.
- Schefold, Reimar (1988). "De wildernis als cultuur van gene ziijde: tribale concepten van "natuur" in Indonesiο" [Hutan belantara sebagai budaya masa lalu: konsep suku "alam" di Indonesia]. Antropologische verkenningen (dalam bahasa Belanda). 7 (4): 5–22.
- Schlehe, Judith (1998). Die Meereskönigin des Südens, Ratu Kidul. Geisterpolitik im javanischen Alltag [Ratu Laut Selatan, Ratu Kidul. Politik Roh dalam Kehidupan Sehari-hari Jawa] (dalam bahasa Jerman). Berlin: Dietrich Reimer. ISBN 3-496-02657-X.
- Vogelgesang, A. W. L. (1923). "Eenige aantekeningen betreffende de Sasaks op Lombok" [Beberapa catatan tentang Sasak di Lombok]. Koloniale Tijdschrift (dalam bahasa Belanda). 12 (4): 417–25.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- mlki
.or — laman resmi Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI).id